"ing sakjeroning sepi kui ono ajaran luhur lan tumindak wicaksono kang dadi pinuju kabecikan-di dalam kerendahan hati itu ada ajaran luhur dan tindakan bijaksana yang menjadi tujuan kebajikan"

Senin, 10 Juni 2013

MENGATASI RASA GALAU DENGAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI


#SZ
“Ungkapkanlah”  demikian yang disampaikan oleh Sigmund Freud, pendiri dari psikoanalisis. Istilah “ungkapkanlah” ini adalah untuk memberi kesempatan kepada seseorang untuk benar-benar secara terbuka dan jujur pada diri sendiri untuk menyampaikan apa yang menjadi masalahnya. Ketika masih berpraktek sebagai psikiater, Sigmund Freud lebih banyak mendengarkan keluh kesah para pasiennya. Sigmund Freud memberikan rasa nyaman pada para pasiennya agar terjalin pembicaraan jujur dari hati ke hati. Dengan demikian, terdapat peluang besar untuk membuka tabir permasalahan psikologis yang dihadapi para pasiennya. Bisa dikatakan, Sigmund Freud telah mempelopori apa yang disebut dengan psikologi komunikasi.
Apa yang dilakukan oleh Sigmund Freud ini mengilhami para psikolog untuk melakukan hal yang sama. Titik pentingnya adalah bagaimana terjalin komunikasi yang sehat. Komunikasi yang sehat inilah yang secara psikologis akan membuat seseorang melepaskan tabir yang menghalanginya untuk jujur pada sebuah pembicaraan. Bahwa manusia membutuhkan sebuah proses komunikatif untuk menyampaikan apa yang ada dibenaknya. Disinilah sebenarnya pokok utama dari psikologi komunikasi. Apa yang ada dibenak manusia, seringkali tidak selalu positif. Psikologis manusia tidaklah berada pada kondisi yang normal secara konsisten. Kondisi psikologis akan selalu berubah-ubah atau tidak stabil.
“Ungkapkanlah” dalam bahasa anak gaul mungkin bisa diartikan dengan curhat (curahan hati). Curahan hati ini cukup populer dikalangan generasi terkini. Istilah ini lazim digunakan dalam wilayah  pembicaraan antar sahabat. Seringkali terjadi pembicaraan dari hati ke hati antar sahabat untuk menyampaikan permasalahannya. Disinilah psikologi komunikasi memainkan perannya.
Masa remaja merupakan masa-masa kritis secara psikologis. Remaja cenderung mengalami kondisi psikologis yang tidak stabil. Penyebabnya adalah masa-masa remaja merupakan masa-masa pembelajaran dan pembentukan identifikasi diri. Pada masa-masa ini remaja akan menemui saat ia merasa tidak tahu, rendah diri, over confident, atau emosi yang sulit dikontrol. 
Psikologi Komunikasi
Sebenarnya, apa manfaat komunikasi itu? Komunikasi sangat berguna untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta menciptakan hubungan yang penuh makna. Komunikasi juga sangat memungkinkan untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku.
      Menurut Watzlawick, Beavin, dan Jackson, terdapat lima aksioma komunikasi untuk menjelaskan proses komunikasi, yaitu:
•     Anda tidak mampu berkomunikasi
•     Setiap interaksi memiliki dimensi isi dan hubungan
•     Setiap interaksi diartikan dengan cara bagaimana pelaku interaksi menjelaskan kejadian
•     Pesan bersifat digital dan analog
•     Pertukaran komunikasi bersifat simetrik dan komplementer
Dengan demikian, psikologi komunikasi merupakan proses pertukaran makna antar manusia yang melibatkan sisi psikologis manusia itu sendiri. Sehingga, terdapat hubungan yang saling terkait antara psikologi dan komunikasi.
Galau dan Hambatan dalam Psikologi Komunikasi
Merujuk pada www.artikata.com, istilah galau bisa diartikan sebagai keadaan yang tidak menentu. Keadaan yang berupa keresahan, kekhawatiran, kebingungan, dan kepanikan. Bisa juga diartikan sebagai kondisi hilang akal, tidak tahu harus berbuat apa, atau risau tanpa alasan yang jelas.
“Ungkapkanlah” sebenarnya hal yang sederhana dan mudah dilakukan. Namun, pada praktiknya hal tersebut seringkali tidak berlangsung mulus. Sikap yang kurang terbuka dari si penyampai pesan dan reaksi yang kurang baik dari si penerima pesan sangat berpengaruh.
Sikap kurang terbuka tentu saja tentu saja mempengaruhi keberlangsungan dari komunikasi tersebut. Kenapa? Jika ada hal yang disembunyikan (tak terungkapkan) akan membuat masalah tersebut tidak akan sampai ke akarnya. Masalah yang tidak ditelusuri hingga ke akarnya hanya akan meninggalkan masalah lain yang sifatnya laten (tersembunyi). Masalah yang sifatnya laten justru akan memicu masalah lain yang lebih besar karena susah diantisipasi. Masalah laten ini seringkali menghinggapi remaja. Remaja memiliki kecenderungan komunikasi yang terhambat dengan anggota keluarganya, terutama kepada orang tuanya. Perbedaan situasi zaman antara orang tua dengan anak-anaknya seringkali membuat mereka tidak bisa mengerti kondisi psikologis anak-anaknya. Ironisnya, orang tua seringkali memaksakan kehendak kepada anak-anaknya. Orang tua memiliki alasan kuat bahwa mereka merasa memiliki pengalaman hidup yang lebih banyak. Dalam hal ini tentu saja benar. Namun pengalaman tersebut terjadi pada zaman yang sudah jauh berbeda dengan zaman anak-anaknya. Sikap orang tua yang seperti ini tentu saja akan membuat anak-anaknya menjadi tidak nyaman dalam berkomunikasi.
Situasi ini jelas-jelas membuat proses psikologi komunikasi menjadi terhambat. Sikap kurang terbuka dari penyampai pesan dan reaksi yang penerima pesan yang kurang bijak adalah faktornya. Inti dari psikologi komunikasi adalah pembicaraan dari hati ke hati. Ketulusan dari kedua belah pihak sangat menentukan. Sangat dibutuhkan penyampaian pesan yang jujur dan keikhlasan dalam mendengarkan. Satu pihak yang bersikap tidak tulus maka psikologi komunikasi akan terhambat.
Remaja akan lebih memilih untuk curhat kepada teman-temannya. Masalah yang lebih besar akan muncul disini. Jika remaja curhat kepada temannya yang kebetulan baik, maka nasihat baik yang akan dia dapatkan. Jika temannya ternyata tidak baik, maka pengaruh buruk yang akan di dapat. Orang tua, dituntut untuk mengerti kondisi kekinian dari remaja. Dengan demikian, orang tua akan mampu menciptakan proses psikologi komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak.
Bagaimana Psikologi Komunikasi Diterapkan?
Tujuan utama dari psikologi komunikasi adalah terjalinnya proses pertukaran makna yang efektif. Pertukaran makna efektif antara penyampai pesan dan penerima pesan akan menghasilkan suasana yang sehat.
Menurut Farid Hamid S.Sos, dalam proses komunikasi ini manusia memiliki dua faktor yaitu faktor personal dan situasional. Faktor personal terdiri lagi dari dua hal, yaitu faktor biologis dan sosiopsikologis.
Faktor biologis ini berupa naluri atau keingininan yang sifatnya biologis. Naluri ini tercermin dari perilaku manusia yang bersifat pribadi (misalnya emosional, penyabar, atau hobi). Sedangkan yang termasuk dalam keinginan biologis ini misalnya sandang, pangan, dan papan.
Faktor sosiopsikologis adalah proses sosial yang membentuk karakter yang berujung pada pengaruh terhadap perilakunya. Karakter ini memiliki tiga komponen, yaitu komponen afektif, kognitif, dan konatif.   Komponen afektif adalah aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif berhubungan intelektualitas seseorang (apa yang diketahui oleh seseorang). Sedangkan komponen konatif adalah aspek kebiasaan dan hasrat untuk bertindak.
Sedangkan faktor-faktor situasional melihat perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan, bagaimanapun sangat berperan penting dalam mempengaruhi perilaku manusia. Dengan memahami berbagai faktor dari manusia, maka proses komunikasi akan lebih mudah dilakukan dengan efektif. Komunikasi yang efektif ini akan menghasilkan lima hal, yaitu:
1. Pengertian: saling memahami antara si penyampai pesan dan penerima pesan akan menimbulkan rasa saling pengertian.
2. Kesenangan: rasa nyaman akan muncul ketika berjalan efektif. Pembicaraan dari hati ke hati akan menciptakan hubungan yang hangat, erat, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap: pendekatan persuasif memerlukan saling pengertian terhadap diri penyampai pesan dan penerima pesan. Pesan akan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi si penyampai pesan dan pesan akan menimbulkan pengaruh terhadap si penerima pesan. Persuasi merupakan proses mempengaruhi pendapat, sikap, atau tindakan dengan menggunakan rekayasa psikologis. Sehingga, seseorang akan bertindak berdasarkan kehendaknya sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik: manusia tidak akan mampu untuk hidup sendiri. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia selalu membutuhkan kehadiran dan bantuan manusia lainnya. Manusia selalu membutuhkan hubungan yang sifatnya positif dengan orang lain. Membutuhkan rasa kebersamaan dalam lingkup sosial dan saling memiliki dalam lingkup pribadi
5. Tindakan: persuasi juga dimaksudkan untuk menciptakan tindakan yang diharapkan. Adanya tindakkan merupakan keberhasilan penting dalam komunikasi yang efektif. Untuk menciptakan proses persuasi yang berhasil menciptakan tindakan diperlukan saling pengertian, membentuk sikap, serta menumbuhkan hubungan yang baik. Pemahaman akan psikologi komunikasi sangat diperlukan bagi orang tua zaman sekarang, apalagi jika memiliki anak-anak yang beranjak remaja. Permasalahan remaja sekarang semakin kompleks seiring membanjirnya media, dan mudah masuknya semua pengaruh asing. Jejaring sosial juga tidak kalah penting dalam hal menimbulkan rasa “galau” pada remaja. Bukankah sudah sering muncul kasus penculikan remaja putri melalui jejaring sosial. Hubungan orang tua dan anak akan semakin erat dengan pendekatan psikologi komunikasi. Rasa “galau” yang menghinggapi remaja sudah seharusnya diselesaikan oleh orang tuanya (atau anggota keluarganya yang lain), bukan orang lain.

Tidak ada komentar: