Industri
politik, bukanlah barang baru yang datang tiba-tiba. Semenjak ribuan tahun
silam, politik sudah menjadi sejenis komoditi yang mendatangkan banyak fulus.
Bangsa Romawi sudah mengenal industri ini ketika sistem pemerintahan mereka
menggunakan perwakilan rakyat melalui para senator. Para kandidat senator ketika
itu sudah menggunakan pemberian imbalan uang untuk para pemilihnya. Para
kandidat senator, juga sudah mempekerjakan orang-orang pilihan untuk
mempengaruhi opini masyarakat, untuk melapangkan jalan menduduki kursi senator.
Namun,
industri politik ketika itu belumlah cukup untuk menjadi salah satu sumber mata
pencaharian yang bersifat massal. Perputaran industri politik bangsa Romawi
masih seputar kalangan terbatas dengan peredaran uang yang juga terbatas.
Industri politik bangsa Romawi, belum mengenal yang namanya perusahaan
konsultan politik.
Industri,
memiliki pola produksi secara massal dan diikuti pola konsumsi secara massal.
Politik di Indonesia sudah memasuki wilayah industri ketika pemilihan secara
langsung dilakukan. Meskipun dilakukan secara berkala, industri politik sudah
menjadi sumber mata pencaharian yang menjanjikan kemapanan material. Di wilayah
eksekutif, terdapat peluang industri dimulai dari pilihan presiden, pemilihan
gubernur di 33 provinsi, pemilihan bupati/walikota di ratusan kabupaten/kota.
Sedangkan di wilayah legislatif, terdapat peluang yang lebih banyak, dengan
ratusan anggota legislatif di wilayah pusat, serta puluhan ribu anggota dewan
di wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Perusahaan
konsultan politik adalah fenomena unik di negara-negara penganut demokrasi,
yang para wakil dan pemegang otoritas kekuasaannya dipilih langsung oleh
rakyat. Amerika Serikat sebagai ikon demokrasi dunia sudah memulai bisnis
konsultan politik semenjak permulaan abad ke 20. Munculnya perusahaan konsultan
politik ini memanfaatkan booming media massa, yang ketika itu masih berupa
media cetak.
Contoh
lain media massa kuno adalah iklan penjualan budak. Beberapa peninggalan iklan
penjualan budak ditemukan di Yunani. Iklan dibuat tentu saja untuk mewakili
kepentingan orang atau kelompok tertentu. Iklan berhubungan dengan strategi
memasarkan produk agar laku.
Munculnya
media massa adalah untuk mewakili kepentingan ekonomi dan politik.Dalam hal yang
lebih luas, media massa adalah salah satu alat dari ekonomi politik itu
sendiri. Ekonomi dan politik adalah dua hal yang sudah menjadi satu dalam
konsep kekuasaan modern. Ekonomi adalah panglima yang didukung oleh politik
sebagai ujung tombaknya.
Masyarakat
Indonesia , meskipun yang tinggal di perkotaan, ternyata tidak begitu melek
dengan media massa. Tingkat akses media massa masyarakat Indonesia tidak sebaik
negara-negara lainnya. Namun, fenomena menarik adalah jejaring sosial. Jejaring
sosial adalah salah satu jenis media massa yang memberi ruang bagi individu
untuk menyampaikan pendapat. Tidak seperti media massa mainstream yang
mengharuskan seleksi ketat agar sebuah opini bisa dimuat.
Akses
yang tinggi masyarakat Indonesia terhadap jejaring sosial inilah yang digunakan
sebagai bagian dari industri politik. Perusahaan konsultan politik di Indonesia
sudah memanfaatkan jejaring sosial semenjak Pemilu 2009. Fenomena facebook dan
twitter menjadi lahan yang cukup banyak digunakan melancarkan strategi kampanye.
Tingginya akses masyarakat Indonesia terhadap jejaring sosial ini memunculkan
apa yang dikenal dengan istilah cyber
army (pasukan dunia maya).
2004,
pertama kalinya pemilihan presiden, gubernur, dan bupati/walikota secara
langsung, keberadaan perusahaan konsultan politik masih belum marak. Para
kandidat hanya membentuk “tim sukses” (bisa disebut tim gagal kalau tidak
sukses) untuk melapangkan jalan menuju target-target politiknya.
Politik
sudah mulai bisa dikatakan sebagai industri pada Pemilu 2014. Perusahaan
konsultan politik tumbuh dimana-mana dengan berbagai nama dan afilisasi. Tentu
saja, pusat industri politik adalah Jakarta, sebagai megapolitan yang menjadi
tempat berkumpulnya uang dan kekuasaan.
Semenjak
2009, strategi kampanye mulai menggunakan apa yang disebut black propaganda. Istilah ini merujuk pada cara-cara menjatuhkan
lawan politik melalui isu yang dibuat-buat. Memanfaatkan kelemahan lawan untuk
dijatuhkan citra politiknya.Namun saat itu, efek black propaganda belum begitu terasa mengingat penggunaan jejaring
sosial masih minim dan hanya berada di wilayah perkotaan.
Memasuki
2014, jejaring sosial sudah menjadi alat atau bagian dari ujung tombak
kampanye. Jejaring sosial memungkin pesan-pesan politik sampai kepada tiap
individu. Akses masyarakat Indonesia terhadap jejaring sosial mulai merata dari
kota hingga ke desa. Jejaring sosial diakses dari lintas kalangan dan lintas
usia. Jejaring sosial yang paling banyak digunakan adalah facebook dan twitter.
Jejaring
sosial digunakan tidak hanya untuk mendukung salah satu kandidat, tetapi juga
digunakan untuk menjatuhkan lawan dari kandidat yang didukung. Teknik
menjatuhkan lawan politik ini dikenal dengan istilah black propaganda(kampanye hitam). Kampanye hitam ini memulai sepak
terjangnya secara terbuka dan terang-terangan di pemilu nasional 2014.
Cyber
army memainkan perang penting dalam proses industri politik, meskipun bukan
sebagai pemain utama. Baik untuk menaikkan elektabilitas kandidat, atau untuk
menjatuhkan pesaing, cyber army bergerak secara efektif untuk menyasar ke
tiap-tiap individu yang memiliki akun jejaring sosial, baik facebook, blogger,
maupun twitter.
Cyber
army dikendalikan oleh tim yang bertugas untuk merumuskan isu. Tim ini dibentuk
khusus untuk menghasilkan opini dan opini akan disebar secara massal oleh cyber
army. Tim khusus ini merangkai isu dalam bentuk esai dan dimuat dalam blog-blog
khusus. Blog-blog khusus ini akan disebar link-nya oleh para cyber army.
Jejaring sosial memainkan peran penting untuk penyebaran link dari blog-blog
yang dibentuk oleh tim khusus.
Blog-blog
yang dibuat biasanya dibagi menjadi dua. Pertama, blog yang khusus untuk
menaikkan dan menonjolkan kandidat. Kedua, blog yang dirancang khusus untuk
menjatuhkan pesaing. Blog yang dirancang untuk menjatuhkan pesaing ini kemudian
dikenal dengan black propaganda.
Link-link
dari blog khusus ini akan mudah ditemui dari jejaring sosial yang direkrut
sebagai cyber army. Hampir setiap hari akan ditemui link dari blog-blog yang
disebar melalui akun-akun jejaring sosial. Jejaring sosial memungkin strategi
kampanye dengan cara demikian, karena dunia maya memungkinkan seseorang untuk
lari dari tanggung jawab. Biasanya, akan banyak bermunculan akun-akun palsu,
baik akun facebook maupun twitter. Namun, bayaran seorang cyber army akan lebih
mahal jika akun yang digunakan adalah akun asli. Akun asli digunakan untuk
menaikkan popularitas dan nilai plus dari seorang kandidat. Sedangkan akun
palsu banyak digunakan untuk melancarkan black
propaganda.
Industri
politik tidak hanya menyasar wilayah jejaring sosial, namun jauh lebih luas
dari itu. Pembentukan tim kampanye akan melibatkan banyak orang sekaligus
banyak uang. Tim kampanye akan bergerak langsung di wilayah dimana jejaring
sosial masih sulit diakses. Tim kampanye akan merekrut personil dari
wilayah-wilayah target pemenangan. Perekrutan ini membutuhkan dana yang besar
sekaligus dana untuk tiap pemilih atau yang dikenal dengan uang saku.
Media
massa mendapatkan keuntungan paling banyak dengan industri iklan dan
mengendalikan berita. Kandidat yang memiliki afiliasi dengan media massa
tertentu, tidak hanya bergerak dengan iklan, tetapi juga akan tampil sebagai
narasumber untuk menjelaskan visi misinya melalui media massa.
Politik,
telah memasuki wilayah industri, dengan pelibatan multi wilayah dan personal
secara massal. Industri politik telah berhasil menghidupi banyak orang dengan
perputaran uang yang sangat aduhai. Mereka yang memiliki kedekatan dengan
kekuasaan akan menikmati industri ini. Dan kekuasaan, seringkali dikejar untuk menguasai
wilayah industri politik ini.