#SZ 2003
"Pertanyaanya adalah dimana para dukun, ahli sihir, kaum agamawan, atau cenayang yang biasanya jadi juru selamat pada kisah-kisah horor ini."
Konon ceritanya, subyek ini adalah makhluk
paling menyeramkan dari semua jenis makhluk antagonis[1] yang pernah ada. Tapi, tidak ada salahnya jika
berkenalan lebih dahulu dengan subyek berikut.[2] Namanya
adalah Count[3]
Dracula. Subyek ini berdiam pada sebuah kastil nun jauh di pedalaman
Transylvania, Romania. Konon, usianya
telah melebihi satu millennium. Dia “yang tidak bisa mati”, namun tidak juga hidup. Berkeliaran ketika matahari
tenggelam dan tidur ketika fajar menyingsing. Tahukah kamu, tempat tidurnya
adalah sebuah peti mati.
Dracula, demikianlah sebutan yang
kemudian mendunia. Menebarkan teror di sekitar Transylvania. Seketika
orang-orang dilanda ketakutan ketika malam menjelang. Dia, subyek itu, terbang
mencari mangsa di kegelapan malam dalam bentuk kelelawar. Uniknya, dia sangat
menyukai cahaya bulan. Cahaya purnama yang benderang adalah petanda dia akan datang.
Malam yang dinaungi bulan penuh pesona itu adalah alamat bahwa malam ini harus
ada yang mati untuk melepas dahaga “yang tidak bisa mati”. Ratusan tahun lamanya,
teror itu menghinggapi Transylvania. Owwhhh iya, satu lagi. Subyek tersebut
tidak hanya mampu berubah menjadi kelelawar. Dia juga mampu menjadi binatang
apapun yang dikehendakinya.
Namun, subyek tersebut juga
memiliki rasa bosan. Transylvania yang sepi dan terbelakang terasa tempat menjemukan buatnya. Terpikirlah untuk
menyari persinggahan baru. Dan tujuannya adalah sebuah metropolitan di sebelah
barat Eropa, London.
Jonathan Harker, pengacara muda
dari London. Dia inilah yang kemudian mengurus segala keperluan legal hukum
kepindahan Count ke London. Sebuah rumah (lebih tepat gedung tua) telah dibeli
sesuai dengan keinginan sang Count.
Begitu sang Count tiba di
London, seketika metropolitan tersebut dilanda horor yang tidak diketahui sebab
musababnya. Namun, bukan disini sebenarnya menariknya kisah si Dracula ini.
Perhatikan tokoh-tokoh yang berhasil menggagalkan rencana jahat si Dracula ini.
Jonathan Harker, pengacara yang berhasil meloloskan diri
dari Transylvania. Profesor van Helsing, seorang ilmuwan lintas disiplin ilmu
dari Universitas Amsterdam. Mina Harker, tunangan Jonathan yang berprofesi
sebagai guru sekolah. Jack Seward, dokter sekaligus psikiater pada sebuah rumah
sakit jiwa (mantan murid PvH). Serta Arthur Holmwood yang anak seorang
pengusaha. Pertanyaanya adalah dimana para dukun, ahli sihir, kaum agamawan, atau
cenayang yang biasanya jadi juru selamat pada kisah-kisah horor ini. Mereka semua
telah disingkirkan oleh Bram Stoker, sang penulis “Dracula”.
Muncul di penghujung abad ke
19. Tepatnya pada tahun 1897. Ketika itu adalah masa transisi penting menuju
kekuasaan “sains”. Pelan tapi pasti, sains yang bersusah payah di gagas oleh
Eropa Barat semenjak abad ke 16 itu mulai unjuk diri. Abad 19 di Eropa Barat, adalah
fase revolusi industri. Sebuah revolusi yang berlatar belakang dari era modernitas.
Filsafat ‘pencerahan’ mulai menemukan jalannya untuk membentuk wajah baru Eropa
Barat. Wajah yang sangat bertolak belakang dari wajah Eropa selama hampir 2
ribu tahun lamanya. Tradisi sains yang telah ditinggalkan Bangsa Arab itu
berhasil diteruskan oleh Bangsa Eropa.[4] London,
sebagai wakil dari Inggris Raya, bisa dikatakan sebagai salah satu proyek utama
sekaligus wajah modern Eropa.
Mari kita simak awal mula
penanganan dari ulah si Dracula ini. Korban pertamanya adalah Lucy Westenra.
Lucy adalah tunangan dari Arthur. Setelah mendapat beberapa gigitan dari taring Dracula, Lucy
mulai mengalami perubahan. Tubuhnya melemah seperti orang penderita anemia.[5] Arthur
kemudian menghubungi sahabatnya, Jack. Jack ini tipikal dokter alumni
universitas modern. Penanganannya terhadap Lucy dilakukan dengan prosedur medis
kedokteran modern. Kesimpulannya, Jack tidak bisa memastikan penyakit yang
diderita Lucy. Sampai disini, pendukung abad kegelapan masih bisa bersorak.
Kemudian, Jack menghubungi bekas
gurunya di Universitas Amsterdam yang bernama Professor van Helsing. Siapa itu
Professor van Helsing? Seorang mahaguru nan eksentrik dari Universitas
Amsterdam. Dia adalah tipikal ilmuwan modern yang “gila” dengan bermacam ilmu
pengetahuan. Bukan hanya dunia kedokteran yang dia kuasai, namun juga ilmu-ilmu
lainnya. Tidak ketinggalan, sang professor juga mengetahui berbagai mitos warisan masa lalu yang kerap
jadi bumbu cerita pengantar tidur anak-anak kecil.
Begitulah ketika telegram
datang dari London perihal penyakit aneh tersebut, Prof. van Helsing segera
menyebrangi Selat Channel menuju London. Kulit pucat yang tidak wajar,
kesulitan bernafas, dan mimpi tentang kelewara sangat membuat PvH curiga. Ketika
itu, Amsterdam-London bisa ditempuh dalam setengah hari. Pencapaian sains yang
sangat revolusioner ketika itu. Tentu saja kapal uap maksudnya!
Secepatnya PvH melihat keadaan
Lucy. Wajah Lucy sudah sepucat kapur. Darah hampir menghilang dari sudut
tubuhnya. Namun ia masih hidup. Lucy Westenra masih bisa dikatakan sebagai
manusia pada saat ini.
-----------------------------------BERSAMBUNG
-----------------------------------BERSAMBUNG
[1] JANGAN PERCAYA! Begitu kata Crowly. Crowly
adalah karakter “setan baik hati” dalam novel Good Ommens. Awalnya dia memang
jahat, namun waktu membuatnya menjadi insyaf. Jabatannya adalah semacam “anggota
dinas intelejen” dengan misi khusus nan rahasia di Bumi. Konon Tuhan sekalipun
tidak tahu maksud dan tujuan Crowly di
Bumi—sekali lagi jangan percaya! Dinas intelejen setan ini dipimpin langsung oleh Lucifer. Siapa itu
Lucifer? Tanyalah Google.
[2] Istilah “subyek” digunakan untuk menyebut
sesuatu yang levelnya di bawah manusia tapi tidak bisa disebut binatang atau
kerabatnya.
[4] Perkembangan modernitas yang dilatarbelakangi
masa pencerahan sangat debatable.
Disini hanya untuk membicarakan masalah pengaruh modernitas pada novel karya
Bram Stoker ini.
[5] Anemia tidak digunakan oleh Bram Stoker
karena saat itu belum dikenal istilah anemia. Gejala yang dialami Lucy setelah
digigit Dracula adalah seperti orang yang menderita anemia parah – menurut
pendapat subyektif penulis.